Kamis, 30 Mei 2013

Confession for Ara



Aku merindukanmu, benar-benar merindukanmu. gadis mungil yang selalu memberiku senyum termanis. celoteh apa lagi yang diceritakan oleh bibir mungilmu itu yang tak pernah memberiku jeda untuk bercerita. Hehehehe melihatmu setelah sekian lama tak bertemu seperti ingin menenggelamkanmu dalam dekapku.

Aku datang karena rinduku membawaku padamu. Pertahananku tak lagi mampu untuk membendung rasa yang tak kesudahan, rindu yang seringkali hadir dan semakin menggila menghujam hingga kedasar hatiku. Menembus kedalam benakku dan terus melihatmu dalam setiap tatapanku.

Aku lelah pada pertahananku yang sudah mulai rapuh. Aku datang untuk satu pengakuan padamu. Dengarlah baik-baik karena ini tak akan kuulangi lagi. Tutuplah rapat-rapat bibir mungilmu itu meskipun aku merindukan celotehmu karena kali ini aku ingin membebaskan hatiku dari rasa yang kupendam diam-diam.

Rasa ini aku tidak tahu sejak kapan dia ada. Rasa yang semakin hari tumbuh tanpa air dan pupuk untuk menyuburkannya. Semakin bermekaran tanpa pernah terjamah olehku untuk merawatnya. Aku tidak tahu bagaimana dia tumbuh hingga menembus batas ruang kecil disisi jantungku.

Dia meronta mengusik pikiranku. Aku harus mengatakannya gelisahku pada tiap malam. Dan aku datang untuk itu. Rasaku padamu sesuatu yang suci aku hanya ingin kau tahu bukan untuk kau jawab hari ini. Tapi jangan meminta untukku berhenti karena cinta untukmu telah menjadi harga mati untukku. Namun memintamu untuk kumiliki menjadi penawaran untuk masa depanku kelak.

Kau telah tahu rasa ini. Jangan terikat karena aku tak akan mengikatmu saat ini. Kau masih bebas untuk mengarungi hidupmu dengan segala keinginanmu karena belum saatnya kau menyulam kesetiaan untukku. Aku belum bisa mewujudkan rasaku menjadi sesuatu yang sakral untuk kuucapkan sebagai tanda aku telah memilikimu seutuhnya. Aku tak ingin mengikatmu dengan janji atas segala harapan yang mungkin tak bisa kuwujudkan. Karena atas izin-Nyalah kita bisa bersama.

Aku tak ingin menjadi penghalang atas kebahagiaan yang mungkin dapat kau temukan dalam perjalananmu yang masih panjang.

Ini sulit untukku, karena keserakahanku untuk memilikimu saat ini benar-banar menghasutku. Jadi tolong hiduplah dengan baik. Agar aku tidak khawatir yang akan semakin mendorong rasaku padamu. Biarlah semua berjalan seperti air yang mencari muara. Karena kaulah muara itu dan kelak aku akan berada disana untuk kau dan aku menjadi kita.

 Pengakuan Tara pada gadis yang dicintainya "Ara".



1 komentar:

  1. Ku masih disini seperti hari2 yang tlah berlalu ,tidak ada yang berubah tetap sama, begitu monoton seolah robot yang tak peduli dengan sekitarnya….ya terlalu asik dengan dunia nya sendiri.

    Dunia yang ku ciptakan sendiri…dunia yang ku isi sendiri dan dunia yang ingin ku akhiri sendiri.

    Mengapa?
    Terlalu sungkan ku ungkap kan…terlalu malu ku utarakan kepadamu atau ku terlalu pengecut mengakui nya

    Ya…mungkin bagimu ku seolah pecundang yang tak punya nyali di medan juang, di tengah para warok2 asa yang berjuang mengapai harapan
    Makilah aku jika aku memang pantas di maki.

    Tapi tahu kah dirimu?
    Nyeri hati ku sepanjang hari,tercenungku sepanjang senja dan malam ku tanpa warna
    Yang ada Cuma sebait kerinduan yang tak bertepi,yang entah di mana ujung dan labuhannya
    Sepantun ku dengan biduk kecil, terombang ambing di permainkan gelombang…
    Bidukku oleng dayungku patah, entah kapan sampai ke tepian….
    (ku pinta doa ikhlasmu semoga ku cepat pulih lagi n bersama berenang ke muara itu )
    Biduk senja

    BalasHapus