Pukul 15.15 aku dan dia terjebak diruang ini. Ruang yang penuh
dengan aktivitas, dengan setumpuk kertas dan proposal pencari kehidupan. Sedang
diluar hujan semakin deras. Aku ingin pulang perutku semakin mengalunkan
nada-nada tak nyaman untuk didengar. Sedang dia disampingku sepertinya
membentuk ruangnya sendiri, asyik dengan aktivitasnya tak perduli dengan
keberadaanku.
Aku dan dia duduk berdampingan saling mengenal satu sama lain tapi
bertingkah selayaknya orang asing. Suasana ini membuatku jenuh menciptakan
lagak-lagak kiku dan serba tak menentu. Aku ingin mencairkan kebekuannya dan
kekakuan diantara aku dan dia. Tapi dia seperti berada diruang terpisah dariku
dengan tembok pemisah yang begitu kokoh.
Waktu, berapa lama lagi aku menunggu hujan akan bersahabat
denganku. Aku selalu menyukai hujan tapi kali ini ia datang disaat yang tak
tepat. Aku tak ingin terisolir terlalu lama diruang yang berpenghuni tapi nampak
seperti bayang-bayang.
Sedang diluar sana makhluk penikmat hujan bernyanyi sesuka hati mereka,
apa kalian sedang menertawakanku?, lihatlah dia yang bersifat dingin dan tak
ingin bicara, haruskah aku bicara padanya?, bagaimana jika dia mengabaikanku?.
Belum selesai aku dengan kebingunganku tiba-tiba dia mengajakku pulang.
“tak inginkah kau pulang..?” dengan nada yang begitu pelan“tapi diluar sana masih hujan”,“biarlah…!” aku hanya mengerutkan mukaku mendengar jawabnya yang singkat.
Tak ingin sendiri diruang ini, bergegas kuraih tasku dan
mengikutinya sambil bergumam dalam hati “3 jam bersamaku hanya kata itu yang
bisa kau ucapkan..? sungguh kau tak pandai menyenangkan hati wanita, julukanmu
kali ini masih sama "Manusia Super Cuek” hehehe (akhirnya aku senyum
senyum sendiri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar