Minggu, 16 Juni 2013

Miss You Mom...



Sumpek berada dirumah tanpa kegiatan, hanya tangis bocah-bocah yang menjadi alunan lagu sehari-hari kini terasa bising dan tak nyaman untuk kudengar. Ada penat yang kusimpan dan tak bisa untuk kuungkap hanya menatap mereka dengan keceriaan dengan segala aktivitas yang membuat aku engah bahkan terasa ingin marah.

Ini minggu yang ketiga, tak ada hal yang menyenangkan kecuali rasa malas hanya terbaring kaku tak ada gairah untuk beraktivitas. Bosanku pada pembaringan ini yang tak mungkin kusandari sepanjang waktu menghabiskan waktu minggu ini.

Ada celoteh minggu tatkala aku lesuh disini yang sering kali aku rindukan. Aku tak lagi mendengarnya.

Meski berulang kali aku diam terasa bisu tetap saja celoteh itu tak kudengar. Aku terbaring hingga terik mengucur keringatku diruang yang sumpek dan tak berangin tapi celoteh itu masih saja enggang untuk menyapaku.

Tangiskupun mulai bergulir menyatu keringat yang tak lagi nyaman ditubuhku. Kuseka dengan penuh rasa ikhlas yang kusemak di waktu 3 tahun yang lalu di awal bulan September. Ikhlas melepas dengan sedih yang  membuat sesak tanpa kata yang mampu untuk kuucap, pecah… tangis itu pecah kala itu mengundang meraka dengan rasa yang penuh iba.


Masih teringat dengan jelas, tubuh kecil yang terbaring dihadapanku dengan rasa lelah yang begitu banyak dia simpan tak ada senyum hanya menatapku penuh kasih sayang. Dengan tangan ini dengan jari-jari ini aku menyuapinya untuk terakhir kali dengan rasa khawatir bercampur sedih yang semampu aku untuk menahannya.

Ibu…, kata itu hampir sepanjang hariku menyebut dalam hatiku. Tapi tak lagi ada jawab “Iya” dari panggilan itu, Ibu seringkali aku berlaku diluar aturanmu hanya untuk mendengar amarahmu celotehmu namun tak lagi kudengar,  dan taukah kau Ibu seringkali aku menangis diam-diam duduk termangu hanya untuk kau datang disampingku lalu berkata “apa yang kau resahkan Anakku”.  Ibu aku merindukanmu.

banyak hal yang ingin kuceritakan tentangmu Ibu namun kemampuanku lunglai tanganku melemas seiring deras hujan dari mataku. Yang membuat pandanganku kabur dan tak mampu melanjutkan tulisanku.

Ibu sepanjang sujudku selalu kumenyebut namamu dan Setiap tangisku adalah kerinduanku untukmu.



2 komentar: