Sumpek berada dirumah tanpa
kegiatan, hanya tangis bocah-bocah yang menjadi alunan lagu sehari-hari kini
terasa bising dan tak nyaman untuk kudengar. Ada penat yang kusimpan dan tak
bisa untuk kuungkap hanya menatap mereka dengan keceriaan dengan segala
aktivitas yang membuat aku engah bahkan terasa ingin marah.
Ini minggu yang ketiga, tak ada
hal yang menyenangkan kecuali rasa malas hanya terbaring kaku tak ada gairah untuk
beraktivitas. Bosanku pada pembaringan ini yang tak mungkin kusandari sepanjang
waktu menghabiskan waktu minggu ini.
Ada celoteh minggu tatkala aku
lesuh disini yang sering kali aku rindukan. Aku tak lagi mendengarnya.
Meski berulang kali aku diam terasa bisu tetap saja celoteh itu tak kudengar. Aku terbaring hingga terik mengucur keringatku diruang yang sumpek dan tak berangin tapi celoteh itu masih saja enggang untuk menyapaku.
Tangiskupun mulai bergulir
menyatu keringat yang tak lagi nyaman ditubuhku. Kuseka dengan penuh rasa
ikhlas yang kusemak di waktu 3 tahun yang lalu di awal bulan September. Ikhlas melepas
dengan sedih yang membuat sesak tanpa
kata yang mampu untuk kuucap, pecah… tangis itu pecah kala itu mengundang
meraka dengan rasa yang penuh iba.
Masih teringat dengan jelas,
tubuh kecil yang terbaring dihadapanku dengan rasa lelah yang begitu banyak dia
simpan tak ada senyum hanya menatapku penuh kasih sayang. Dengan tangan ini
dengan jari-jari ini aku menyuapinya untuk terakhir kali dengan rasa khawatir
bercampur sedih yang semampu aku untuk menahannya.
Ibu…, kata itu hampir sepanjang
hariku menyebut dalam hatiku. Tapi tak lagi ada jawab “Iya” dari panggilan itu,
Ibu seringkali aku berlaku diluar aturanmu hanya untuk mendengar amarahmu
celotehmu namun tak lagi kudengar, dan
taukah kau Ibu seringkali aku menangis diam-diam duduk termangu hanya untuk kau
datang disampingku lalu berkata “apa yang kau resahkan Anakku”. Ibu aku merindukanmu.
banyak hal yang ingin
kuceritakan tentangmu Ibu namun kemampuanku lunglai tanganku melemas seiring
deras hujan dari mataku. Yang membuat pandanganku kabur dan tak mampu
melanjutkan tulisanku.
Ibu sepanjang sujudku selalu kumenyebut
namamu dan Setiap tangisku adalah kerinduanku untukmu.
terharuu sangatt... :((
BalasHapus@erlin354
BalasHapusmakasih sudah berkunjung di blogku, jgn bosan datang kesini ya.. hehehe